Investasi apa yang paling aman dan tidak pernah mengalami investasi? Jawabannya adalah emas. Cara cerdas berkebun emas inilah yang dipaparkan founder Kebun Emas, Rulli Sunandar, di Hotel Mesra Samarinda, (13/6) kemarin.
Dalam seminar yang digagas BRI Syariah itu, Rulli mengajak ratusan peserta seminar untuk berinvestasi dalam bentuk emas. "Perilaku berinvestasi emas ini sudah ada sejak zaman dulu. Dahulu, para pria investasinya tanah. Ibu-ibunya beli emas," sebut pria kelahiran Bandung, 18 Mei 1968 ini.
Rulli menyebutkan, berinvestasi sebaiknya harus didahulukan."Investasi dulu, sisanya baru untuk kebutuhan lain. Sebab kalau menunggu ada dana lebih, biasanya tidak akan bisa investasi," sebutnya.
Ia mengakui, investasi emas, hasilnya kadang tidak sedahsyat bisnis properti. Tapi bicara likuiditas, jauh lebih mudah emas. Kalau punya emas, kata dia, sangat gampang dijual. Sementara properti, banyak yang susah dijual. Properti kalau sudah kepepet kadang bisa dijual setengah harga. Sementara emas, tak mungkin dijual setengah harga.
Dikatakan, di masa Nabi Muhammad SAW, emas sudah menjadi alat tukar yang sah. Di masa itu, menurut dia, 1 keping dinar emas, setara dengan harga seekor kambing. Satu dinar, menurut Rulli, memiliki kandungan 4,25 gram emas 22 karat.
"Sekarang, dengan harga emas saat ini, nilai satu dinar emas itu juga senilai dengan 1 kambing, atau sekitar Rp 1,6 juta," bebernya.
Hal itu membuktikan, emas tidak mengalami inflasi alias zero inflation. "Emas tak pernah inflasi. Yang mengalami naik-turun adalah nilai rupiahnya. Karena itu, tak pernah rugi beli emas, juga tak untung beli emas. Sebab harganya sama. Tapi untuk investasi, emas sangat diperlukan," bebernya.
Lalu kapan saat tepat beli emas? "Kapan saja bisa beli emas. Kapan saja bisa dibeli. Kalau terlalu dipikirin, nanti nggak jadi beli emas. Tapi kalau mau jual, sebaiknya jangan buru-buru dijual. Gadaikan dulu, supaya emas tetap bisa jadi milik kita, dan kebutuhan uang tunai tetap bisa didapatkan," bebernya.
Keuntungan berinvestasi emas adalah, emas tidak mengalami penyusutan dan bebas pajak. "Emas juga tidak termasuk harta gono gini. Karena itu, para ibu sebaiknya beli emas, jadi kalau cerai aman," guraunya.
Dikatakan, beli emas ini sebaiknya disisihkan untuk tujuan investasi jangka panjang. Namun, untuk investasi, sebaiknya dalam bentuk emas batangan, bukan perhiasan.
Cara berkebun emas ini, menurut Rulli, sangat diminati. Terbukti, buku digital yang ia jual di internet, sudah diunduh lebih dari 15 ribu orang. "Sekarang masyarakat makin kenal dengan emas batangan," ujarnya.
Ia juga menyarankan, skema gadai emas di bank syariah, bisa dimanfaatkan untuk investasi emas. "Kalau dulu, menggadaikan emas ketika butuh dana. Sekarang dibalik, gadai emas untuk investasi. Misalnya, ingin memiliki investasi emas 100 gram, maka cukup memiliki modal 10 persennya saja. Sisanya bisa dicicil," ujar mantan manager teknologi informasi pada salah satu perusahaan ini.
Agar bisa memanen untung, menurutnya, harus berinvestasi jangka panjang, paling tidak selama dua tahun sampai tiga tahun. Rulli menyarankan, sebaiknya investor berinvestasi emas batangan berkadar 24 karat dengan tingkat kemurnian 99,99 persen. Pasalnya, dia menilai keabsahan kualitas dan kadar emas batangan sangat terjamin dengan adanya sertifikat.
Metode yang diajarkan Rulli cukup sederhana. Setelah membeli batang emas yang pertama, harus menggadaikan emas itu ke bank syariah. Setelah menggadaikan emas tadi, maka bisa mendapatkan dana segar dari bank. Dana tersebut harus dipakai untuk membeli emas kedua. Emas kedua ini juga harus digadaikan. Tentu harus merogoh kocek tambahan karena dana gadai dari bank hanya berkisar 60-80 persen harga yang digadaikan. Langkah ini kudu dilakukan berulang-ulang hingga merasa cukup.
Tapi ingat, tak boleh menggadaikan emas terakhir. Sebab emas terakhir ini akan menjadi modal untuk menebus satu demi satu emas yang digadaikan saat harga naik. Karena itu, Rulli menyebutnya sebagai kunci harta karun.
Saat yang tepat memanen baru dilakukan setelah ada kenaikan harga minimal 30 persen. Melalui metode sederhana ini, dua pertiga modal investasi berasal dari bank. Setelah dua tahun atau tiga tahun, dia yakin nilai utang investor pada bank bakal menyusut seiring kenaikan harga emas.
“Emas itu zero inflation dan harganya tidak pernah turun, tapi malah bisa naik 20 persen hingga 25 persen per tahun,” ujarnya.
Benarkah nilai emas tidak termakan inflasi dan harganya terus naik? Ia memberikan contoh, November 1999, harga sebuah sedan Honda Civic Ferio seri matik baru seharga Rp 225 juta. Pada saat yang sama harga rata-rata emas produksi Logam Mulia sekitar Rp 82.500 per gram. Itu berarti 10 tahun lalu harga satu unit Honda Civic Ferio setara dengan emas berbobot 2,72 kg.
Sepuluh tahun kemudian, dengan patokan harga emas terbaru di Logam Mulia, emas seberat 2,72 kg itu setara dengan Rp 1,05 miliar karena 1 gram adalah Rp 386.500.
"Itu berarti dengan emas yang sama, bisa membeli tiga New Honda Civic tipe 2,0 liter transmisi otomatis yang harganya Rp 390 juta per unit," ujarnya.
Meskipun tampak menggiurkan, metode ini bukan tanpa risiko. Investor hanya bisa mengantongi untung kalau harga emas naik selama menggadaikan emas. Kalau terpaksa menjual koleksi emas di lemari gadai bank ketika harganya turun, maka akan kehilangan potensi keuntungan, padahal telah mengeluarkan biaya gadai. Karena itu, ia mengingatkan harus tahan menggadaikan emas ini dalam jangka panjang. “Ini memang bukan untuk spekulasi, “ tegas dia.
Sementara itu, Pemimpin Cabang BRI Syariah Samarinda Anshari Assadiqi menyebutkan, sejak digelar seminar Kebun Emas, terjadi peningkatan omzet gadai emas. "Dulu emas dianggap konsumtif, sekarang punya emas adalah investasi," ujarnya.
Terbukti, sejak Februari 2010 hingga sekarang, BRI Syariah Samarinda sudah membukukan omzet gadai emas Rp 2,9 miliar. Ia berharap, melalui seminar itu terjadi penambahan hingga Rp 1 miliar. Untuk memudahkan, BRI Syariah sudah bekerja sama dengan toko emas yang menjual emas batangan. Dari mulai berat 5 gram sampai 100 gram.
(endro s effendi)