Wednesday, June 9, 2010

Harga emas di era krisis eropa & amerika

JAKARTA (Bisnis.com): Harga emas terus berfluktuasi dan dalam waktu dekat masih berpotensi tertekan karena sudah jenuh beli (overbought). Namun untuk jangka panjang diprediksi menanjak hingga ke level US$1.300 per ounce.

Ketika indeks saham di Asia naik, harga emas terkoreksi karena permintaan akan logam mulia berkurang untuk aksi berjaga-jaga dari gejolak pasar. Investor kembali memburu saham dan aset lainnya di negara dengan imbal hasil yang lebih tinggi yakni di emerging market yakni Asia.

Harga emas untuk pengiriman segera turun 0,3% menjadi US$1.237,20 per ounce di Singapura, menurut data Bloomberg. Sehari sebelumnya naik hingga ke level US$1.244,75, dan harga sempat menyentuh rekor tertingginya US$1.249,40 per ounce pada 14 Mei 2010.

Emas menghapus pelemahan awalnya pada perdagangan di awal pekan dan mengalami rally ke posisi tertingginya dalam tiga minggu karena investor mengambil keuntungan dari pelemahan harga untuk membeli logam mulia sebagai tempat berlindung dari risiko pada pasar lainnya.

"Dengan indeks saham dan euro rebound (naik kembali), kekhawatiran investor berarti sudah mereda. Dengan demikian investor akan menjual emas untuk mengambil untung sesaat akibat kenaikan harga beberapa waktu lalu," kata Senior trader KEB Futures Co Hwang Il Doo di Seoul seperti dikutip Bloomberg.

Indeks saham MSCI Asia Pasific mengakhiri penurunan dua harinya setelah Pimpinan Federal Reserve Ben S. Bernanke mengatakan pemulihan ekonomi AS bergerak dalam tingkat yang moderat. Dia melihat konsumen AS mulai kembali, dan tidak melihat kemungkinan ekonomi AS mengalami double dip recession.

Harga emas sudah menanjak 13% tahun ini ketika investor membeli emas untuk aksi melindungi aset (safe haven) dari gejolak krisis utang di Eropa. Chief Executive Officer GMFS Ltd Paul Walker memprediksi harga emas melanjutkan kenaikannya hingga menyentuh level US$1.300 pada akhir tahun ini dan akan terbuka peluang menyentuh level US$2.000 jika krisis utang di Eropa menyebar ke berbagai negara, bahkan mungkin hingga ke AS.

"Harga emas masih mendapat dukungan dari aksi safe haven investor, sebagai dampak dari krisis utang di Eropa dan ketidakpastian akan imbal hasil aset investasi alternatif," kata Commodity Strategist Commonwelth Bank of Australia David Moore.

Deutsche Bank AG juga memprediksi harga emas akan naik hingga ke level US$1.700 per ounce pada akhir tahun ini karena pelemahan mata uang.

Analis Riset PT Askap Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan penguatan harga emas memang masih berlanjut hingga menembus level US$1.216,30. Ketika sudah berada di atas level tersebut, khususnya di dekat level US$1.226,20, harga emas berpotensi mengalami tekanan berkait kondisi overbought.

"Bagaimanapun, emas juga bisa berpotensi melanjutkan pelemahan jangka pendeknya di bawah level US$1.201,90 untuk menguji level US$1.166,10 kembali," kata Wahyu.

Riset Valbury Asia Futures menyatakan terlihat harga emas untuk transaksi harian turun hingga di bawah US$1.200 per ounce. Namun untuk jangka pendek, masih terlihat tren kenaikan harga.

Ekonom Senior Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menyatakan harga emas pada triwulan II/2010 rata-rata akan di level US$1.150 per ounce dan pada triwulan II/2010 di level US$1.200 per ounce dan pada triwulan IV/2010 mencapai US$1.300. (msw)